Hercules Minta Maaf ke Sutiyoso, Razman : Baret Grib Ada Sejarahnya

MEDAN – Juru Bicara sekaligus Kepala Bidang Komunikasi Publik DPP GRIB Jaya, Razman Arif Nasution, menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf secara terbuka kepada Sutiyoso atas pernyataan Ketua Umum GRIB Jaya, Rosario de Marshall alias Hercules sebelumnya

“Saya kemarin pagi ditelepon oleh Bapak Ketua Umum untuk melakukan konferensi pers, terkait dengan permintaan maaf beliau kepada Bang Yos, sapaan akrab Bapak Sutiyoso, apabila ucapan beliau dianggap menyerang pribadi atau kehormatan Bang Yos,” ujar Razman saat memberikan keterangan kepada media, di Medan, Jumat (2/5).

Bacaan Lainnya

rel=”Dofollow”>>

Hadir dalam pertemuan itu sejumlah pengurus DPD Grib Jaya Sumut dan DPC Grib Jaya Kota Medan. Diantaranya Sekretaris Daerah (Sekda) DPD Grib Jaya Sumut Darmanta Ginting, Ketua Satgas DPD Grib Jaya Sumut Govindo Tarigan dan Sekretaris Satgas Arif.

Pernyataan Hercules itu, kata Razman, sebagai reaksi atas komentar Sutiyoso dalam sebuah wawancara yang menyinggung ormas berseragam mirip tentara, termasuk penggunaan baret merah.

“Statement Pak Hercules sebetulnya adalah bentuk keberatan atas pandangan Bang Yos yang seolah menganggap baret merah yang digunakan ormas adalah bentuk penyalahgunaan simbol militer. Padahal, baret merah kami tidak identik dengan TNI. Ini hanya simbol internal kami sebagai organisasi masyarakat,” tegas Razman.

Ia menambahkan bahwa GRIB maupun ormas lain memiliki sejarah masing-masing dalam penggunaan atribut organisasi.

“Baret merah GRIB memiliki sejarah tersendiri, termasuk sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh kami, Pak Hercules yang menerima baret merah sebagai penghargaan. Kami tidak pernah mengklaim sebagai pasukan elite TNI,” ujarnya.

Bahkan, lanjutnya, satgas salah satu partai politik juga menggunakan baret berwarna merah.

Razman lalu mengajak publik untuk tidak memperpanjang polemik soal atribut ormas, karena masih banyak persoalan bangsa yang lebih penting dan fokus pada persatuan dan kemajuan Indonesia.

Razman menyampaikan harapan GRIB Jaya agar permintaan maaf ini dapat membuka ruang dialog kembali antara pihak Hercules dan Sutiyoso, demi kepentingan yang lebih besar.

Kemudian terkait pernyataan Hercules soal “purna-purna”, lanjut Razman, bukanlah dimaksudkan untuk menghina purnawirawan TNI, termasuk Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.

Istilah tersebut tidak ditujukan secara personal, tetapi kritik terhadap beredarnya surat pernyataan sikap Forum Purnawirawan Prajurit TNI.

Razman kemudian menyebut, komentar Hercules ini menyoroti pernyataan sikap Forum Purnawirawan yang dinilai berseberangan dengan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Pernyataan ini muncul ketika Hercules hadir di Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 27 April 2025 lalu karena ada urusan di seputar lokasi.

Saat itu Hercules sempat melontarkan kalimat bernada kritik, “Purna-purna itu, apa itu? Mampu kudeta?”

Razman mengungkapkan kalimat itu semestinya tidak dipelintir, karena konteksnya jelas menanggapi pernyataan sikap Forum Purnawirawan yang dinilai berseberangan dengan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

“Pak Hercules tidak menyebut nama, tidak menyasar individu. Kalimat ‘purna-purna’ adalah bentuk penekanan retoris, bukan penghinaan. Kami menghormati para purnawirawan, tapi sebagai warga negara, Pak Hercules punya hak menyampaikan sikap berbeda terhadap forum yang terkesan ingin memecah soliditas nasional,” ujar Razman.

Ia kemudian menyesalkan reaksi Gatot Nurmantyo yang menyebut Hercules “preman pakai baju ormas” dan menudingnya melecehkan purnawirawan.

“Kami tidak pernah menyenggol Pak Gatot. Jadi kami juga bertanya-tanya kenapa beliau merasa disinggung. Istilah ‘purna-purna’ tidak sama dengan ‘purnawirawan’ sebagai status resmi militer. Ini hanya bahasa percakapan yang perlu dilihat dalam konteks,” kata Razman.

Ia menambahkan bahwa GRIB Jaya, sebagai organisasi yang mendukung penuh pemerintahan Prabowo-Gibran, akan selalu berada di garis depan membela integritas nasional dan tidak akan tinggal diam jika ada upaya untuk menggoyahkan stabilitas politik, apalagi lewat narasi publik yang menyesatkan.

“GRIB Jaya menjunjung nilai kebangsaan. Kami siap berdialog, bahkan terbuka jika Pak Gatot ingin debat terbuka di televisi. Tapi jangan menuding tanpa dasar dan menyerang pribadi. Kita semua punya hak yang sama sebagai warga negara,” tutup Razman. (Red)

Pos terkait